Minggu, 31 Mei 2015

Aku tahu Tuhan punya rencana yang paling indah..
Aku sama seperti mereka, pernah merasa bahagia saat mendapati ungkapan yang indah dan pernah juga merasakan patah hati bahkan kecewa.
Mengapa ada sepasang kekasih yang akhirnya harus terpisah??? mungkin ketidakcocokan dalam dirinya.
Mengapa ada sepasang kekasih yang akhirnya merasa dikhianati??? mungkin ada salah satu pihak yang tak dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara yang lebih bijak.
Mengapa ada sepasang kekasih yang slalu menyalahkan keadaan?? mungkin mereka tak sanggup menyalahkan diri sendiri.
Mengapa ada sepasang kekasih yang tak dapat mempertahankan apa yang mereka susun??? karena mungkin,, pikiran jernih tak bekerja setiap detik.
Mengapa ada sepasang kekasih yang tak pernah puas menerima kekasihnya apa adanya??? klasik. karena manusia tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. dan mereka tak pernah sadar bahwa yang mereka miliki adalah yang terbaik.

tapi ketika mengingat bagaimana rasanya diperlakukan begitu istimewa? ingatkah bagaimana rasanya menjadi sosok yang merasa paling beruntung? ingat ketika diperhatikan setiap harinya?

begitu membuat rasa rindu itu muncul, tak ada yang salah dengan cara bagimana memanjakan hati .

Kamis, 21 Mei 2015

perbandingan pendidikan indonesia, india, finlandia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
                Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
                Pendidikan di Indonesia merupakan suatu pengaruh untuk bangsa Indonesia menjadikan Indonesia menjadi lebih majudan berkembang.Sebagai Negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih sangat kurang dan masih jauh tertinggal di bandingkan Negara-Negara di Asia maupun Negara berkembang lainnya. Indonesia telah mengalami penurunan peringkat dalam bidang pendidikan dari 58 ke 62 dalam 130 Negara lainnya.
                India merdeka mencoba untuk modernisasi secara tepat dengan menempatkan banyak sumber dan kepemimpinanya untuk diprioritaskan pada pelayanan pembangunan ekonomi, sistem pendidikan diizinkan berkembang tanpa kritik yang berarti. Pada tahun 1964, pemerintah mengangkat komisi pendidikan tingkat tinggi untuk memberi nasehat pada pemerintahan tentang pola pendidikan nasional di seluruh jenjang dan aspeknya. Laporan komisi pendidikan ini diterbitkan pada tahun 1996 dan merupakan analisis pertama tentang kondisi sistem pendidikan di india dalam hubungannya dengan tujuan pembangunan.
                    Finlandia terkenal dengan pendidikan terbaik di dunia. Ini terbukti dari peringkat PISA (Program for International Student Assesment) pada tahun 2003 siswa Finlandia menduduki peringkat pertama dan meraih skor tertinggi di dunia secara konsisten. Tes yang diadakan oleh PISA menguji siswa yang berusia 15 tahunan di sekiatr 40 negara industri seluruh dunia, pengukuran tes dalam PISA yaitu keaksaraan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Finlandia juga menduduki peringkat ketiga dari 65 negara peserta lainnya. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki tersebut,memang luar biasa. Finlandia muncul sebagai satu-satunya negara non-Asia yang mampu menempati posisi tiga besar setelah China dan Korea Selatan.
                   

1.2    Rumusan Masalah
1.       Bagaimana pendidikan di Indonesia, India, dan Finlandia ?


1.3    Tujuan Masalah
Mengetahui perbandingan pendidikan di Indonesia, India, dan Finlandia.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan Pendidikan di Indonesia, india, dan Finlandia
                Pendidikan di Indonesia di penuhi dengan test evaluasi seperti ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional. Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.
                KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menyebabkan siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.
                Pemberian tugas Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah Indonesia dianggap penting untuk mendisiplikan siswa rajin belajar. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah. Kualifikasi guru SD Indonesia masih mengejar setara dengan S1, di Finlandia semua guru tamatan S2.
                Indonesia masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru. Indonesia masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
                Jarang sekali guru di Indonesia yang menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Bahkan lebih didominasi metode belajar  mengajar satu arah  seperti ceramah yang membosankan.Di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.
                Di Indonesia dikembangkan pengkatasan kelas yaitu klasifikasi kualitas kelas dalam kelas reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
                Finlandia pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
                Sedangkan Komisi pendidikan India telah menetapkan kebijakan sistem pendidikan 10-2-3 tahun usia sekolah. Tingkat awal, 10 tahun sebagai pendidikan dasar dan terbagi dalam tiga jenjang yaitu primary (5 tahun), upper primary (3 tahun), dan secondary (2 tahun). Jenjang berikutnya ditempuh selama 2 tahun sebagai persiapan memasuki pendidikan tinggi. Untuk pendidikan kejuruan, jurusan teknik dan bisnis sudah mulai sejak secondary school.
                Struktur pendidikan sekolah yang seragam tersebut yakni sistem 10-2-3 tahun, telah diadopsi oleh seluruh negara bagian dan teritori India (Union Territory,UT). Meskipun begitu, di lingkungan pemerintah dan teritori India masih dijumpai sejumlah kelas yang menyelenggarakan pendidikan dasar (primary), menengah (upper primary) dan atas (high and higher secondary school) yang membolehkan kelas I mengikuti ujian umum, pengajaran bahasa  inggris dan hindi, beberapa hari kerja dalam setahun, sesi akademik, masa liburan, struktur biaya, pendidikan wajib dan lain sebagainya. Bila dijabarkan dalam tingkat usia sekolah akan tampak sebagai berikut :
1.       Tingkat dasar (primary stage) yang meliputi kelas I sampai V yakni 5 tahun masa belajar. Ini dilaksanakan di 20 negara bagian dan teritoria india
2.      Pendidikan tingkat menengah (middle stage) meliputi kelas VI sampai VIII diselenggarakan di 18 negara bagian dan teritoria india.
3.      Pendidikan menengah atas (secondary stage) meliputi kelas IX sampai X. Kelas ini diselenggarakan di 19 negara bagian dan teritoria india
                Pendidikan kejuruan, baik jurusan  teknik maupun bisnis merupakan pola pendidikan ghandi, yaitu pembentukan ”manusia berkepribadian yang utuh, kreatif dan produktif”. Pada tahun 1960 kemajuan minat siswa pada pendidikan kejuruan sangat kecil. Hingga tahun 1992 siswa yang mengikuti pendidikan dalam bidang ini hanya 6%. Akan tetapi pada tahun 1995 terjadi lonjakan signifikan, yaitu sebesar 25% dari keseluruhan siswa yang mengikuti pendidikan tinggi mengambil pendidikan kejuruan ini.
                Pendidikan nonformal dilaksanakan dengan dibentuknya lembaga pendidikan yang bersifat terbuka bagi semua siswa, tidak terikat dengan proses pembelajaran secara langsung dan beban biaya yang tinggi.
                    Di India, Sekolah Dasar tersebut sampai kelas ke-10 (atau setingkat kelas 1 SMU) + 2. Dan tidak ada istilah sampai kelas VI SD, terus dapat ijazah, kemudian melanjutkan lagi ke SLTP, kemudian dapat ijazah lagi, terus masuk lagi ke jenjang SMU seperti di negara kita. Sehingga di India, dari kelas 1 hingga kelas 10 tadi, semua bidang studi yang diajarkan sudah disusun secara rapi. Kemudian baru di kelas 11 dan 12, siswa menentukan pilihannya untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Artinya, pada kelas 11 dan 12 ini siswa sudah mulai diarahkan ke bidang studi penjurusan. Karena itu, bila siswa tersebut telah menyelasaikan kelas 12, maka ia pun berhak untuk meneruskan pendidikannya di universitas, dan di universitas ini bidang studi yang diajarkan juga lebih fokus lagi. Disini siswa hanya meneruskan pelajaran yang sudah pernah ia terima semasa di kelas 12 dahulu. Karena itu ketika kita masuk ke universitas, maka kita sudah tidak bersinggungan lagi dengan ilmu-ilmu yang diluar jurusan kita.
                    Berbeda dengan di Indonesia, misalnya, meskipun seseorang tesebut di universitas sudah memilih untuk mengambil jurusan Bahasa Arab, tapi tetap saja pelajaran matematika, PPKn, bahasa Indonesia dipelajari. Padahal, apa yang diajarkan di bangku kuliah tersebut juga tak jauh berbeda dengan apa yang diajarkan semasa di tingkat SMU dahulu. Sehingga mahasiswa yang bersangkutanpun menjadi bingung sendiri untuk menemukan spesialisasi jurusan yang digelutinya. Mungkin itu pulalah sebabnya sarjana-sarjan lulusan universitas kita selalu tak pecaya diri bila sudah selesai dari kuliahnya, padahal ijazah sarjana sudah berada di tangannya.
                    Menyinggung soal batasan umur di Indonesia tadi ada jenjang SD (6 tahun), SLTP (3 tahun) dan SMU (3 tahun), maka secara sejajar juga sama dengan India dengan format kelas 10+2 = 12 tahun. Bila selesai kelas 12, maka itu artinya sama dengan selesai tingkat SMU di negara kita Indonesia.  
                    Bila di Indonesia ada TK, maka di India juga ada "TK"nya. Tampaknya India tak terlalu terikat dengan batasan umur seperti yang kita terapkan di Indonesia. Bila si anak telah menyelasaikan "TK"nya, kemudian si anak memperlihatkan kemauannya yang cukup tinggi untuk terus melanjutkan di kelas 1 (SD), maka si anak tersebut dapat langsung meneruskan sekolahnya. Sebab bila keinginan anak ini tertunda, maka dikhawatirkan si anak akan berubah haluan, sehingga menyebabkan kemauannya untuk belajar akan memudar dan bahkan bisa
hilang. Sebab yang sangat berperan penting dalam menentukan tingkatan kelas si siswa adalah kecerdasannya. Bahkan bila si anak tadi benar-benar jenius, maka si anak akan di tempatan sesuai dengan tingakat kecerdasannya pula.
                    Tak heran bila di universitas kita akan menjumpai mahasiswa S-1 tahun terakhir, tetapi ia sendiri berumur 19 tahun, suatu pemandangan yang masih jarang terjadi di negeri kita Indonesia. Bahkan banyak dianatara mahasiswa India yang berumur 25 tahun, tapi sudah menjalani program Doktor. Padahal di Indonesia saja, untuk meraih gelar Master di bawah umur 30 tahun masih merupakan "keanehan". Apalagi untuk program Doktoral, biasanya sudah bapak-bapak sekali bahkan tak jarang sudah berumur 40-an. Maka usia yang sudah banyak berlalu tersebut, kita masih belum bisa berbuat banyak, karena hanya disibukkan oleh
tesis-mentesis dsb.
                    Profesor Termuda asal Indonesia tersebut menjadi marak diperbincangkan di setiap Media, karena baru ia seorang yang memperoleh gelar Profesor dengan umurnya baru sekitar 26 tahun. Tapi bila kita berada di India, hal-hal yang semacam itu sudah tak menarik lagi untuk diperbincangkan. Sebab boleh dikatakan Profesor-profesor India tersebut sudah bertaburan di bumi Hindustani ini.
                    Makanya, meskipun kita masih kuliah di tingkat S-1, tapi dosen-dosennya sudah bergelar prof. atau paling tidak DR. Sedangkan di Indonesia, mahasiswa S-1 masih tetap diajar oleh lulusan S-1 juga, maka yang terjadi adalah, dosen lebih sering memberikan tugas dari
pada masuk ruang memberika kuliah, karena barangkali dosen merasa tidak cukup bahan untuk mengajar S-1, maka akhirnya ia memilih untuk memberi tugas saja atau meminta asisten untuk mengisi mata kuliahnya.
                    Hal-hal yang mendukung kemajuan pendidikan di Finlandia sebagai berikut ini:
1.       Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu.
2.       Sistem pendidikannya yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas.
3.       Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur 7 tahun hingga 14 tahun.Selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Malah terhadap siswa yang lemah, sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada mereka diberikan les privat.
4.       Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa.
5.       Ada perhatian yang khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah dasar, karena bagi mereka, menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur sekitar 7 tahun adalah jauh lebih mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun.
6.       Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah amat sangat kecil.
7.       Semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.
8.       Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas
9.       Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh Negara
10.    Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
11.    Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah semuanya ditangani oleh pemerintah
12.    Biaya pendidkan datang dari pajak daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional.
13.    Mengenai para prospek karier dan kesejahteraan, setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro per bulan setara 42 juta rupiah. Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan universitas
                    Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran.
                    Jika kebanyakan negara percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru beranggapan sebaliknya, testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Bener juga kan? Kita belajar a.k.a sekolah Cuma pingin dapet nilai akademik yang bagus dan memuaskan. Faktor pemahaman dan penerapan menjadi elemen yang diremehkan, pokoknya yang penting nilai kita bagus.
                    Pada usia 18 tahun siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!!! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia
                    Semua siswa di bimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent. Karena dengan adanya banyak pen-dekte-an membuat para siswa akan merasa tertekan dan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan
                    Bagaimana dengan siswa yang kurang cepat tanggap ? Mereka akan mendapatkan bimbingan yang lebih intensif. Inilah yang membuat Finlandia berhasil menyandang gelar Negara dengan pendidikan paling berkualitas di dunia
                    Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Hmmm… sangat tercermin kalau guru di sana tidak menuntut anak didiknya untuk mengerjakan dengan hasil yang harus benar, para guru Finlandia menghargai setiap usaha dari siswanya
A.      Tokoh Pendidikan
                    Peletak batu pertama pendidikan di Indonesia itu adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih masyhur dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Beliaulah orang yang pertama memikirkan masalah dunia didik-mendidik di bumi pertiwi ini. Sayangnya, sejak batu pertama pendidikan itu diletakkan hingga hari ini, sistem pendidikan kita di Indonesia belum menemukan formulasi yang tepat dan mantap untuk diterapkan di Indonesia. Tak jarang, kebijakan-kebijakan dalam masalah pendidikan ini selalu berubah sesuai dengan selera orang-orang yang mengurus masalah pendidikannya. Atau lebih jelasnya, berubah Menteri yang mengurus pendidikan ini, maka sudah bisa dipastikan pula kebijakan-kebijakan mengenai pendidikan secara spontan akan turut berubah pula.
                    Jika di Indonesia tadi kita memiliki Ki Hadjar Dewantara, maka India juga mempunyai Rabindranath Tagore, seorang pujangga dan filsuf terkemuka sekaligus peletak batu utama dasar pendidikan di India. Antara Ki Hadjar Dewantara dan Rabindranath Tagore ini sepertinya sama-sama memiliki persamaan sikap yaitu menaruh concern yang cukup tinggi dalam masalah pendidikan. Bedanya, jika kita di Indonesia masih saja mengurus masalah sistem pendidikan yang ingin diberlakukan di Indonesia, India tidak lagi mengurusi masalah sistem yang ingin diterapkan, karena saya beranggapan bahwa India telah menenukan jati dirinya dalam membentuk sistem yang baku, sehingga India tak lagi dibingungkan lagi untuk mencari format terbaik yang bakal diterapkan di India tersebut. Meskipun Menteri bertukar, akan tetapi sistem dan format pendidikan di India tetap saja sama.
                    Dan di finlandia ada Herbert Spencer yang memlikin pemikiran dalam bidang pendidikan. Di negara tersebut  guru bebas menentukan sendiri kurikulum yang akan dipakainya. Pemerintahnya tidak ikut campur dalam hal itu karena para gurulah yang benar-benar bertugas dan tahu segala sesuatu yang dibutuhkan anak didiknya.

B.      Kurikulum Pendidikan
1.       Kurikulum di India
Sekolah dasar (primary school) mencakup pelajaran membaca, menulis dan mengeja bahasa daerah, sejarah dan kebudayaan india, geografi, sastra, sains dan kesehatan.
Sekolah menengah (secondary school) pelajaran sains dan matematika bahkan juga beberapa sekolah mengganti kajian ilmu-ilmu sosial dengan sejarah dan geografi serta sedikit sekolah menengah atas yang memiliki banyak tujuan menawarkan jenis pelatihan manual dan ilmu kerumahtanggaan (home sciences).
Bidang spesialisasi di jenjang pendidikan tinggi terkait dengan disiplin ilmu tradisional seperti sejarah, sastra inggris dan ilmu politik. Ketika seorang mahasiswa telah memilih jurusan tertentu, ia tidak dapat merubah spesialisasinya. Beberapa universitas telah memulai memberikan program studi umum atas dasar eksperimen. Mahasiswa yang cerdas cenderung masuk ke jurusan fisika, kimia, teknik atau kedokteran. Metode pendidikan masih menekankan pada peranan hafalan tetapi ada beberapa jurusan di universitas yang mendorong dilakukannya metode penelitian (inquiri). Komisi beasiswa universitas telah mendirikan berbagai pusat studi lanjutan di berbagai universitas. Dari subsidi pusat-pusat inilah kemajuan riset dan pelatihan dikembangkan. 

2.       Kurikulum di Indonesia
                Pada saat ini Sekolah Dasar sering melekukan perubahan seperti halnya kurikulim KBK,kurikulum KTSP dan sebagainya,hal ini dikarenakan kurikulum diindonesia sering melakukan perubahan sesuai denganperkembangan zaman dan melekukan perubahan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kurikuum saat in i yang ada pada sekolah dasar yatu : agama, kewarga negaraan , penddikan jasmani dan kesehatan, tegnologi informasi dan komunikasi ,bahasa indoesia, bahasa inggris, bahasa daerah, matematika, ilmu penetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan seni budaya dan keterampilan. Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut, Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat:
1.       Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2.       Belajar untuk memahami dan menghayati,
3.       Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4.       Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
5.       Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
                Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana.Standar sarana dan prasarana ini untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Standar sarana dan prasarana ini mencakup:
1.       kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah,
2.       kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah.
Pendidikan dasar diindonesia pada dasarnya dibedakan menjadi dua yang dikelola oleh pemerintah biasanya adalah Sekolah Dasar Negeri dan Madrasah ibtidaiyah negeri  sedangkan yang kedua yaitu dikelola oleh masyarakat biasanya disebut Sekolah Dasar Swasta, Serta ibtidaiyah swasta.hal ini dikarenakan letak geografis indonesia itu kurang bagus, selain itu juga pemerataan guru di SD kurangbaik khususnya di SD yang terletak di kota – kota terpencil itu sangat kurang layak. Selain itu dalam pengembangan kurikulum saat ini harus di dasarkan pada DEPDIKNAS dan juga harus melihat saat ini kurikulum dalam SD juga tidak terlepas dari hilangnya pendidikan karakter.pendidikan karakter dalam Sekolah Dasar khususnya itu sangat penting sekali, karena disekolah Dasar adalah dimana karakter seorang anak mulai terbentuk , sehingga kita harus menenamkan pendidikan karakter yang baik pada anak supaya kedepannya anak juga akan memiliki jiwa dan karakter yang baik pula.
3.  Kurikulum di Finlandia
                Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara lain. Jam istirahat sekolah juga lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan negara seperti Amerika yang membatasi waktu 30 menit istirahat. Mereka juga diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu, anak-anak Finlandia memulai pendidikan akademik di usia 7 tahun, berbeda dengan kebanyakan negara yang memulai pendidikan akademik anak-anak di usia yang lebih muda.
                Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah" Less is More". Sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya bagi mereka yang mau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja.
                Ada lagi prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak.
                Jadi siswa bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada assessment atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam kelas mereka memiliki minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai guru utama dan 1-nya sebagai asisten. Disisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan.
                Jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.
                Pendidikan di Finlandia jarang mengganti kurikulum pendidikannya. Mereka terkesan tak mau coba-coba terhadap kurikulum yang baru. Dengan demikian tak akan terjadi kebingungan antara guru dan murid, dan fokus pada tujuan pendidikan tercapai.




BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
                Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
                Apapun dan bagaimanapun system pendidikan di setiap Negara pasti mempunyai tujuan yang sama, ingin menjadikan anak bangsanya yang pintar, berakhlak, dan lain sebagainya sesuai dnegan tujuan masing-masing pendidikan di setiap Negara.
                Tidak ada Negara yang ingin menyengsarakan anak bangsanya, pasti tujuan pendidikannya ingin menambah kualitas Negara itu. Oleh karena itu sytem pendidikan dimanapun intinya ingin menjadikan peserta didiknya menjadi seorang yang berhasil dan berguna bagi nusa, bangsa, dan Negara.

3.2    Saran
                Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya, dan menambah pengetahuan tentang dunia pendidikan di Indonesia dan juga di beberapa Negara lainnya seperti India dan Finlandia. Dan semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.